Bacajuga: Surat An Nur Ayat 2 Terjemah Per Kata Isi Kandungan Surat Al Isra Ayat 32. Berikut ini isi kandungan Surat Al Isra Ayat 32 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir, Fi Zilalil Quran, dan Tafsir Al Azhar.Isi kandungan ini juga telah dimuat di WebMuslimah dalam judul Isi Kandungan Surat Al Isra Ayat 32.. 1. Home QS. Al-Maidah Ayat 32 مِنۡ اَجۡلِ ذٰ لِكَ ‌ ۚكَتَبۡنَا عَلٰى بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ اَنَّهٗ مَنۡ قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِى الۡاَرۡضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ وَمَنۡ اَحۡيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ اَحۡيَا النَّاسَ جَمِيۡعًا ‌ؕ وَلَـقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِالۡبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيۡرًا مِّنۡهُمۡ بَعۡدَ ذٰ لِكَ فِى الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ min ajli zaalika katabnaa 'alaa Banii Israaa'iila annahuu man qatala nnafsam bighairi nafsin aw fasaadin fil ardi faka annnamaa qatalan fil ardi faka annammaa qatalan naasa jamii'anw wa man ahyaahaa faka annamaaa ahyan naasa jamii'aa; wa laqad jaaa'at hum Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi. Juz ke-6 Tafsir Pembunuhan yang dilakukan Qabil ini ternyata berdampak panjang bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, kemudian Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, dan juga bagi seluruh masyarakat manusia, bahwa barang siapa membunuh seseorang tanpa alasan yang dapat dibenarkan, dan bukan pula karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka dengan perbuatannya itu seakan-akan dia telah membunuh semua manusia, karena telah mendorong manusia lain untuk saling membunuh. Sebaliknya, barang siapa yang siap untuk memelihara dan menyelamatkan kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan, dengan perilakunya itu, dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya, untuk menjelaskan ketetapan ini, Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas untuk mereka dan juga semua manusia sesudahnya. Tetapi kemudian banyak di antara manusia yang tidak memperhatikan dan melaksanakannya, sehingga mereka setelah itu bersikap melampaui batas dan melakukan kerusakan di bumi dengan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya. Pembunuhan ini adalah yang pertama terjadi di antara anak Adam, Qabil sebagai pembunuh belum mengetahui apa yang harus diperbuat terhadap saudaranya yang telah dibunuh Habil, sedangkan ia merasa tidak senang melihat mayat saudaranya tergeletak di tanah. Maka Allah mengutus seekor burung gagak mengorek-ngorek tanah dengan cakarnya untuk memperlihatkan kepada Qabil bagaimana caranya mengubur mayat saudaranya. Setelah Qabil menyaksikan apa yang telah diperbuat oleh burung gagak, mengertilah dia apa yang harus dilakukan terhadap mayat saudaranya. Pada waktu itu, Qabil merasakan kebodohannya mengapa ia tidak dapat berbuat seperti burung gagak itu, lalu dapat menguburkan saudaranya. Karena hal yang demikian itu Qabil sangat menyesali tindakannya yang salah. Dari peristiwa itu dapat diambil pelajaran, bahwa manusia kadang-kadang memperoIeh pengetahuan dan pengalaman dari apa yang pernah terjadi di sekitarnya. Penyesalan itu dapat merupakan tobat asalkan di dorong oleh takut kepada Allah dan menyesali akibat buruk dari perbuatannya itu. Rasulullah bersabda, "Penyesalan itu adalah tobat." Riwayat Ahmad, al-Bukhari, al-Baihaqi dan al-hakim. Tidak dibunuh seseorang dengan zalim melainkan anak Adam yang pertama mendapat bagian dosanya karena dia orang yang pertama melakukan pembunuhan. Riwayat al-Bukhari dan Muslim. sumber Keterangan mengenai QS. Al-MaidahSurat Al Maa'idah terdiri dari 120 ayat; termasuk golongan surat Madaniyyah. Sekalipun ada ayatnya yang turun di Mekah, namun ayat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad hijrah ke Medinah, yaitu di waktu haji wadaa'. Surat ini dinamakan Al Maa'idah hidangan karena memuat kisah pengikut-pengikut setia Nabi Isa meminta kepada Nabi Isa agar Allah menurunkan untuk mereka Al Maa'idah hidangan makanan dari langit ayat 112. Dan dinamakan Al Uqud perjanjian, karena kata itu terdapat pada ayat pertama surat ini, dimana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji prasetia terhadap Allah dan perjanjian-perjanjian yang mereka buat sesamanya. Dinamakan juga Al Munqidz yang menyelamatkan, karena akhir surat ini mengandung kisah tentang Nabi Isa penyelamat pengikut-pengikut setianya dari azab Allah. QuranSurat Al Maidah Ayat 32. Bacaan QS 5:32 dalam huruf latin. Min ajli thalika katabna AAala banee israeela annahu man qatala nafsan bighayri nafsin aw fasadin fee alardi fakaannama qatala alnnasa jameeAAan waman ahyaha fakaannama ahya alnnasa jameeAAan walaqad jaa thum rusuluna bialbayyinati thumma inna katheeran minhum baAAda thalika fee alardi lamusrifoona aturan tajwid surat al maidah ayat 32PembahasanPelajar lebih lanjutDetail balasan Hukum tajwid & alasannya surat al maidah ayat 32 Ã aturan bacaan al maidah ayat 32 beserta alasannya hukum bacaan surat al maidah ayat 32 beserta alasannya surah al maidah ayat 32 beserta artinya tajwid surat al maidah ayat 32 rizalhadizan aturan tajwid surah al maidah ayat32aturan bacaan tajwid pada surat al maidah ayat 32 aturan tajwid surat al maidah ayat 32 ​ Al maidah artinya dalah menu. Al maidah merupaakn salah satu surah surah madaniyyah surah yg Allah turunkan sesudah nabi muhammad hijrah. Al maidah mengandung 120 ayat. Hukum tajwid pada surah AL maidah ayat 32 ialah idzhar halqi, qalqalah sughra, mad orisinil, mad wajib muttasil, mad jaiz mumfasil, ra tarqiq, ra tafhim, ikhfa, ghunnah, mad layyin, alif lam syamsyiah, alif lam qamariyyah, ikhfa syafawi, idzhar syafawi, mad iwadz, idgham bi ghunnah & mad aridlisukun Pembahasan Firman Allah surah al maidah ayat 32 مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُون Hukum tajwid pada ayat 32 surah al maidah Dalam مِنْ أَجْلِ terdapat dua hukum tajwid yaitu idzhar halqi & qalqalah sughra Dalam ذَٰلِكَ terdapat hukum tajwid mad asli Dalam كَتَبْنَا terdapat dua hukum tajwid yakni qalqalah sughra & mad asli Dalam عَلَىٰ terdapat aturan tajwid mad orisinil Dalam بَنِي إِسْرَائِيلَ terdapat empat aturan tajwid yakni mad jaiz mumfasil,ra tafhim, mad wajib muttasil & mad orisinil Dalam أَنَّهُ terdapat hukum tajwid ghunnah Dalam مَنْ قَتَلَ terdapat hukum tajwid ikhfa Dalam بِغَيْرِ terdapat dua aturan tajwid yaitu mad layyin & ra tarqiq Dalam نَفْسٍ أَوْ terdapat dua hukum tajwid yakni idzhar halqi & mad layyin Dalam فَسَادٍ فِي terdapat tiga hukum tajwid yaitu mad orisinil, ikhfa da mad orisinil Dalam الْأَرْضِ terdapat dua hukum tajwid yaitu alif lam qamariyyah & mad orisinil Dalam فَكَأَنَّمَا terdapat dua hukum tajwid yaitu ghunnah & mad asli Dalam النَّاسَ terdapat tiga hukum tajwid yaitu alif lam syamsyiah, ghunnah & mad orisinil Dalam وَمَنْ أَحْيَاهَا terdapat yiga hukum tajwid yakni idzhar halqi & dua mad asli Dalam فَكَأَنَّمَا terdapat dua hukum tajwid yakni ghunnah & mad orisinil Dalam أَحْيَا terdapat hukum tajwid mad orisinil Dalam النَّاسَ terdapat tiga aturan tajwid yaitu alif lam syamsyiah, ghunnah & mad asli Dalam جَمِيعًا terdapat dua hukum tajwid yaitu mad asli & mad iwadz Dalam وَلَقَدْ terdapat hukum tajwid qalqalah sughra Dalam جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا terdapat empat hukum tajwid yaitu mad wajib muttasil, idzhar syafawi, ra tafhim & mad orisinil Dalam رُسُلُنَا terdapat dua hukum tajwid yakni ra tafhim & mad orisinil Pada بِالْبَيِّنَاتِ terdapat dua aturan tajwid yakni alif lam qamariyyah & mad asli Dalam ثُمَّ terdapat aturan tajwid ghunnah Dalam إِنَّ terdapat aturan tajwid ghunnah Dalam كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ terdapat lima aturan tajwid yakni mad orisinil, ra tafhim, idgham bi ghunnah, idzhar halqi & ikhfa syafawi Dalam ذَٰلِكَ terdapat hukum tajwid mad asli Dalam فِي terdapat hukum tajwid mad orisinil Dalam الْأَرْضِ terdapat aturan tajwid yaitu alif lam qamariyyah & ra tafhim Dalam لَمُسْرِفُون terdapat aturan tajwid yaitu ra tafhim & mad ariklisukun Pelajar lebih lanjut Materi ihwal hukum tajwid surah Al baqarah ayat 285 & Al baqarah ayat 286, di link Materi ihwal aturan tajwid surah An nisa ayat 136, di link Materi ihwal aturan tajwid surah saba’ ayat 21 & surah saba’ ayat 22, di link Materi ihwal aturan tajwid surah An nur ayat 30, di link Materi wacana hukum tajwid surah yunus ayat 101, di link ============================================ Detail balasan Kelas VII Mata pelajaran Agama Islam Bab - Kode seoal Kata kunci Ilmu tajwid, surah Al maidah ayat 32 Hukum tajwid & alasannya surat al maidah ayat 32 idzhar halqi sebab ada nun mati berjumpa Jaiz munfasil karena ada mad thobi’i berjumpa Alif dilain wajib muttasil sebab ada mad thobi’i berjumpa Alif dlm satu haqiqi alasannya adalah ada nun mati berjumpa huruf qof. Ã aturan bacaan al maidah ayat 32 beserta alasannya hukum bacaan surat al maidah ayat 32 beserta alasannya surah al maidah ayat 32 beserta artinya tajwid surat al maidah ayat 32 rizalhadizan aturan tajwid surah al maidah ayat32 مِنْ أَجْلِ nun ketemu hamzah dibaca jelas hukum idzar أَنَّهُ nun tasydid dibaca dengung 3 harokat aturan idhghom bi gunnah musyaddadah. لَمُسْرِفُونَ fuun diakhir ayat dipaca 4,5 harokat aturan madd aridh lisukun privatngajijogja call 089671695342 aturan bacaan tajwid pada surat al maidah ayat 32 ghunnah musyaddadah, mad wajib muttashil, idghom syamsiyyah, mad thobi’iy, lam jalalah tafkhim, mad shilah qoshiroh, idhar qomariy, idhar halqiy, idghom bighunnah, mad jaiz munfashil, idhar syafawiy, ro’tafkgim, ikhfa’haqiqiy, mad iwadl aturan tajwid surat al maidah ayat 32 ​ Jawaban idzhar halqi, etc mf klau salah, smoga mampu menolong ; Hukumbacaan surat al maidah ayat 90-91. jawaban : karena diatas sudah kita jelaskan bab tajwid, maka jawaban tidak saya beri alasan atau sebab"nya. يٰٓأَيُّهَا = mad thobi'i. الَّذِينَ = idghom syamsyiyah. ءَامَنُوٓا۟ = mad thobi'i. إِنَّمَا = ghunnah. الْخَمْرُ = idhar qomariyah Hukum Tajwid AlQuran Surat AlMaidah Ayat 32 Sobat Ngaji from Apa itu Tajwid? Apa itu Tajwid?Apa itu Surah Al Maidah Ayat 32?Hukum Tajwid dalam Surah Al Maidah Ayat 32Pentingnya Mengetahui Hukum Tajwid dalam Surah Al Maidah Ayat 32Cara Belajar Tajwid dengan EfektifKesimpulan Tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana membaca Al-Qur’an dengan benar dan menghafalnya dengan baik. Tajwid adalah seni merangkai kata-kata Al-Qur’an dengan cara yang sesuai dengan tata bahasa Arab dan tata cara baca Al-Qur’an yang disyariatkan. Dengan menguasai tajwid, kita dapat membaca Al-Qur’an dengan merdu dan benar. Selain itu, tajwid juga mengajarkan bagaimana menghafal Al-Qur’an dengan benar dan mudah diingat. Surah Al Maidah Ayat 32 adalah ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kuat, yang tidak melanggar perintah Allah dalam apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu melaksanakan apa yang diperintahkan.” Al Maidah 32 Hukum Tajwid dalam Surah Al Maidah Ayat 32 Ada beberapa hukum tajwid yang terdapat dalam surah Al Maidah ayat 32. Pertama, adalah hukum ikhfal. Ikhfal adalah suatu kaidah tajwid yang memerintahkan pembaca untuk membaca sebuah kata dua kali. Dalam surah ini, kata “malaikat” memiliki hukum ikhfal. Kata tersebut harus dibaca dua kali untuk mengikuti kaidah tajwid yang benar. Kedua, adalah hukum madd. Madd adalah suatu kaidah tajwid yang memerintahkan pembaca untuk membaca sebuah kata dengan panjang dan lama. Dalam surah ini, kata “manusia” memiliki hukum madd. Kata tersebut harus dibaca dengan panjang dan lama agar mengikuti kaidah tajwid yang benar. Ketiga, adalah hukum idgham. Idgham adalah suatu kaidah tajwid yang memerintahkan pembaca untuk membaca sebuah kata tanpa nada atau dengan nada yang sangat rendah. Dalam surah ini, kata “Allah” memiliki hukum idgham. Kata tersebut harus dibaca tanpa nada atau dengan nada yang sangat rendah untuk mengikuti kaidah tajwid yang benar. Pentingnya Mengetahui Hukum Tajwid dalam Surah Al Maidah Ayat 32 Pentingnya mengetahui hukum tajwid dalam surah Al Maidah ayat 32 karena jika kita salah dalam membaca Al-Qur’an maka kita tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Al-Qur’an harus dibaca dengan benar sesuai dengan tata bahasa Arab dan tata cara baca Al-Qur’an yang disyariatkan. Dengan mengetahui hukum tajwid, kita dapat membaca Al-Qur’an dengan benar dan merdu. Selain itu, kita juga dapat menghafal Al-Qur’an dengan mudah dan benar. Cara Belajar Tajwid dengan Efektif Cara belajar tajwid dengan efektif adalah dengan mengikuti kursus tajwid yang diberikan oleh seorang guru atau ustadz yang ahli dalam bidang tajwid. Dengan mengikuti kursus tajwid ini, kita dapat belajar secara lebih terfokus dan mendapatkan bimbingan langsung dari guru tajwid. Selain itu, kita juga dapat melakukan latihan dan berlatih secara berulang-ulang hingga kita dapat menguasai tajwid dengan baik. Kesimpulan Hukum tajwid dalam surah Al Maidah ayat 32 sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui hukum tajwid ini, kita dapat membaca Al-Qur’an dengan benar dan merdu sesuai dengan tata bahasa Arab dan tata cara baca Al-Qur’an yang disyariatkan. Untuk belajar tajwid dengan efektif, kita dapat mengikuti kursus tajwid yang diberikan oleh seorang guru atau ustadz yang ahli dalam bidang tajwid. Dengan mengikuti kursus tajwid ini, kita dapat belajar secara lebih terfokus dan mendapatkan bimbingan langsung dari guru tajwid.
Ayatfavoritnya adalah surah al-Maidah ayat 32 bahwa membunuh satu orang, ibarat membunuh manusia seluruhnya. Tentu saja, Lidya tidak serta-merta masuk Islam setelah itu. Dia butuh waktu lama. Islam terasa begitu asing bagi Lidya. Masuk Islam juga tidak akan dianggap satu prestasi yang membuat koleganya mengucapkan, "Wah, selamat!"
Assalaamu’alaikum, Hallo Sobat pada artikel ini akan diuraikan hukum tajwid surat Al Maidah ayat 32. Al Maidah artinya Hidangan adalah nama surat dalam Kitab Suci Al Quran urutan ke 5 setelah surat An Nisa. Surat Al Maidah terdiri dari 120 ayat, termasuk kedalam surat Madaniyah, sebab diturunkan di kota Madinah. Surat Al Maidah ayat 32 berisi tentang larangan membunuh, sebab apabila seseorang telah membunuh, seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Dan apabila memelihara kehidupan seorang manusia, seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Dalam surat Al Maidah ayat 32 dapat dilihat perbedaan antara Idzhar Halqi dengan Idzhar Syafawi, Alif Lam Qomariyah dengan Alif lam syamsiyah, Mad wajib muttashil dengan Mad jaiz munfashil, serta hukum tajwid lainnya. tajwid-surat-al-maidah-ayat-32 Bacaan surat Al Maidah ayat 32 dan artinya اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحمٰنِ الرَّحِيْمِ مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِۢغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَا دٍ فِى الْاَ رْضِ فَكَاَ نَّمَا قَتَلَ النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَ نَّمَاۤ اَحْيَا النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَلَـقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِا لْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَ رْضِ لَمُسْرِفُوْنَ min ajli zaalika katabnaa alaa baniii isrooo-iila annahuu mang qotala nafsam bighoiri nafsin au fasaading fil-ardhi fa ka-annamaa qotalan-naasa jamii’aa, wa man ahyaahaa fa ka-annamaaa ahyan-naasa jamii’aa, wa laqod jaaa-at-hum rusulunaa bil-bayyinaati summa inna kasiirom min-hum ba’da zaalika fil-ardhi lamusrifuun “Oleh karena itu, Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul Kami telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” QS. Al-Ma’idah 5 Ayat 32. “Hukum Nun Mati & Tanwin” Idzhar halqi مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Idzhar halqi, sebab nun mati menghadapi huruf Hamzah. Qolqolah sughra, sebab huruf qolqolah yaitu Jim sukun asli. Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf Dzal. Panjang mad ashli yaitu 1 alif dua harakat. tajwid-warna-surat-al-maidah-ayat-32 tajw Qolqolah sughra كَتَبْنَا Hukum tajwid pada kata diatas adalah Qolqolah sughra, sebab huruf qolqolah yaitu Ba sukun asli. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. “Mad Wajib Muttasil” Mad jaiz munfashil, Mad wajib muttasil عَلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf Lam. Mad jaiz munfashil, sebab mad ashli mad thabi’i, yaitu huruf Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hamzah pada lain kata. Panjang mad jaiz munfashil antara 2-5 harakat. Mad wajib muttashil, sebab mad thabi’i mad ashli menghadapi huruf hamzah dalam 1 kata. Panjang mad wajib muttashil adalah 5 harakat dua alif setengah. Mad badal, sebab berkumpulnya huruf Hamzah dengan huruf mad dalam satu kata Ya mati setelah kasrah, panjang mad badal yaitu 1 alif dua harakat. Mad shilah qashirah اَنَّهٗ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. Cara membaca ghunnah yaitu huruf nun dibaca dengan dengung antara 2-3 harakat. Mad shilah qashirah, sebab Ha dlomir berharakat dlommah terbalik dan tidak menghadapi huruf mad dan tidak disambung. Huruf sebelumnya berharakat. Panjang mad shilah qashirah adalah 1 alif dua harakat. Ikhfa haqiqi مَنْ قَتَلَ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Ikhfa haqiqi, sebab nun mati menghadapi huruf Qaf. Lalu bunyi huruf nun atau tanwin disamarkan. Iqlab نَفْسًا بِۢغَيْرِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Iqlab, sebab tanwin fathah menghadapi huruf Ba. Tandanya ada mim kecil, cara membaca Iqlab yaitu bunyi nun mati atau tanwin diganti menjadi mim lalu bacaannya didengungkan. Huruf lin harfu layin, sebab huruf Ya mati setelah fathah. “Hukum Alif Lam” Alif lam qomariyah نَفْسٍ اَوْ فَسَا دٍ فِى الْاَ رْضِ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Idzhar halqi, sebab tanwin kasrah menghadapi huruf Hamzah. Huruf lin harfu layin, sebab huruf Wawu mati setelah fathah. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Ikhfa haqiqi, sebab tanwin kasrah menghadapi huruf Fa. Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf Hamzah, tandanya ada sukun. Ghunnah فَكَاَ نَّمَا Hukum tajwid pada kata diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Alif lam syamsiyah قَتَلَ النَّا سَ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Nun, tandanya ada tasydid. Cara membaca alif lam syamsiyah yaitu huruf lam diidghamkan dimasukkan kedalam huruf yang ada didepannya, jadi bunyi huruf lam tidak tampak. Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Mad iwadl جَمِيْعًا ۗ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf ya mati setelah kasrah. Mad iwadl, sebab huruf alif tanwin fathah lalu bacaannya waqaf berhenti. Panjang mad iwadl yaitu 1 alif. “Pengertian Mad Asli” Mad thabi’i وَمَنْ اَحْيَاهَا Hukum tajwid pada kata diatas adalah Idzhar halqi, sebab nun mati menghadapi huruf Hamzah. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. فَكَاَ نَّمَاۤ اَحْيَا النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. Mad jaiz munfashil, sebab mad ashli mad thabi’i, yaitu huruf Alif mati setelah fathah menghadapi huruf hamzah pada lain kata. Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Nun, tandanya ada tasydid. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf ya mati setelah kasrah. Mad iwadl, sebab huruf alif tanwin fathah lalu bacaannya waqaf berhenti. Idzhar syafawi وَلَـقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Qolqolah sughra, sebab huruf qolqolah yaitu Dal sukun asli. Mad wajib muttashil, sebab mad thabi’i mad ashli menghadapi huruf hamzah dalam 1 kata. Hams, sebab huruf Ta disukun, cara membaca Hams Hames yaitu keluar aliran udara dari mulut ketika membaca huruf Ta disukun. Idzhar syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf Ra. Cara membaca idzhar syafawi yaitu huruf mim mati dibaca jelas tidak dengung. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. بِا لْبَيِّنٰتِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf Ba, tandanya ada sukun. Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf Nun. ثُمَّ اِنَّ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Mim dan Nun ditasydid. Idgham bighunnah, Ikhfa syafawi كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf ya mati setelah kasrah dan fathah berdiri diatas huruf Dzal. Idgham bighunnah idgham ma’al ghunnah, sebab tanwin fathah menghadapi huruf Mim, lalu bacaannya didengungkan. Ikhfa syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf Ba. Lalu bacaannya didengungkan. “Tanda waqaf dalam Al Quran” Mad aridl lissukun فِى الْاَ رْضِ لَمُسْرِفُوْنَ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf Hamzah, tandanya ada sukun. Mad aridl lissukun, sebab mad thabi’i Wawu mati setelah dlommah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Panjang mad aridl lissukun adalah 2-6 harakat. Demikianlah uraian hukum tajwid surat Al Maidah ayat 32 semoga bermanfaat. Bacaan surat Al Maidah ayat 32 dan artinya Idzhar halqiQolqolah sughraMad jaiz munfashil, Mad wajib muttasilMad shilah qashirahIkhfa haqiqiIqlabAlif lam qomariyahGhunnahAlif lam syamsiyahMad iwadlMad thabi’iIdzhar syafawiIdgham bighunnah, Ikhfa syafawiMad aridl lissukun
32 Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.

Memahami tentang Hukum Tajwid Surat Al Maidah Ayat 32 Lengkap, Di kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Tajwid Surat Al Maidah pada ayat Surat Al MaidahBerikut ini Bacaan Surat Al Maidah Ayat 32 Dan TerjemahannyaHukum Tajwid Surat Al-Maidah Ayat 32Akhir Kata Terkait Hukum Bacaan Hukum Tajwid Surat Al Maidah Ayat 32Pengertian Surat Al MaidahSurah Al-Maidah bahasa Arab سورة المائدة, translit. sūrah al-mā’idah, har. jamuan hidangan’‎ adalah surah ke-5 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 120 ayat dan termasuk golongan surah Madaniyah. Sekalipun ada ayat-ayatnya yang turun di Mekkah, tetapi ayat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, yakni sewaktu peristiwa Haji Wada’. Surah ini dinamakan Al-Ma’idah hidangan karena memuat kisah para pengikut setia nabi Isa meminta kepada nabi Isa agar Allah menurunkan untuk mereka Al-Ma’idah hidangan makanan dari langit ayat 112. Selain itu, Surah Al-Ma’idah juga disebut Al-Uqud perjanjian, karena kata itu terdapat pada ayat pertama surah ini, di mana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji terhadap Allah maupun perjanjian-perjanjian yang mereka buat terhadap sesamanya. Dinamakan juga Al-Munqidz yang menyelamatkan, sebab pada bagian akhir surah ini memuat kesaksian Isa Al-Masih terhadap kaum ini Bacaan Surat Al Maidah Ayat 32 Dan Terjemahannyaمِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَArab-Latin Min ajli żālika katabnā alā banī isrā`īla annahụ mang qatala nafsam bigairi nafsin au fasādin fil-arḍi fa ka`annamā qatalan-nāsa jamī’ā, wa man aḥyāhā fa ka`annamā aḥyan-nāsa jamī’ā, wa laqad jā`at-hum rusulunā bil-bayyināti ṡumma inna kaṡīram min-hum ba’da żālika fil-arḍi lamusrifụnArtinya Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka Tajwid Surat Al-Maidah Ayat 32Setelah mengetahui ayat, bacaan latin, arti dan tafsirnya berikut adalah pembahasa Hukum Bacaan Hukum Tajwid Surat Al Maidah Ayat 32. Perhatikan ayat berikut ini yang sudah diberikan tanda khusus supaya mudah mengetahui Hukum Bacaan Hukum Tajwid Surat Al Maidah Ayat 32 Lengkap مِنْ اَجْلِ hukumnya Idzhar sebab huruf nun berharakat sukun bertemu huruf hamzah. Dibaca jelas tidak berdengung sama اَجْلِ hukumnya Qalqalah sughra karena huruf qalqalah jim berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf dzal berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Qalqalah sughra karena huruf qalqalah ba berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf lam berharakat fathah tegak bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 اِسْرَآءِيْلَ hukumnya Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang 2/ 4 atau 5 harakat. Huruf alif bila berharakat adalah hamzah. Huruf alif sebenarnya sebagai mad atau pemanjang اِسْرَآءِيْلَ hukumnya Mad wajib muttashil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata. Dibaca panjang 4 atau 5 اِسْرَآءِيْلَ hukumnya Mad badal karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata akan tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf mad. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Ghunnah karena nun bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 hukumnya Mad shilah qashirah sebab huruf ha kata ganti bertemu dengan huruf selain hamzah. Cara membacanya panjang 2 قَتَلَ hukumnya Ikhfa karena huruf lam berharakat kasrah tanwin bertemu huruf qaf. Cara membacanya samar dengan dengung dan ditahan selama 3 harakat. Cara pengucapan seperti bunyi “ng”.نَفْسًا ۢبِغَيْرِ hukumnya Iqlab karena huruf sin berharakat fathah tanwin bertemu huruf ba. Cara membacanya dengan tanwin berubah menjadi mim dan berdengung serta ditahan selama 3 hukumnya Mad layin atau mad lin karena huruf ya’ sukun didahului oleh huruf ghain berharakat fathah. Dibaca panjang 2 اَوْ hukumnya Idzhar sebab huruf sin berharakat kasrah tanwin bertemu huruf hamzah. Dibaca jelas tidak berdengung sama hukumnya Mad layin atau mad lin karena huruf wau sukun didahului oleh huruf hamzah berharakat fathah. Dibaca panjang 2 hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Ikhfa karena huruf dal berharakat kasrah tanwin bertemu huruf fa. Cara membacanya samar dengan dengung dan ditahan selama 3 harakat. Pada waktu mengucapkan tanwin, sikap lidah dan bibir dipersiapkan menempati huruf hukumnya Ghunnah karena nun bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 سَ hukumnya terdapat tiga jenis di sini. Yang pertama, alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah nun. Dibaca idgham masuk ke huruf nun. Kedua, ghunnah karena nun bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 harakat. Ketiga, mad asli atau mad thabi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Mad iwadh karena lam alif berharakat fathah tanwin dan diwaqaf. Cara membacanya tanwin dihilangkan dan panjangnya 2 harakat. Hal ini bila kita berhenti atau waqaf di اَحْيَا hukumnya Idzhar sebab huruf nun berharakat sukun bertemu huruf hamzah. Dibaca jelas tidak berdengung sama هَا hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ya berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 هَا hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ha berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 اَ hukumnya Ghunnah karena nun bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 اَ hukumnya Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang 2, 4 atau 5 سَ hukumnya terdapat tiga jenis di sini. Pertama, alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah nun. Dibaca idgham masuk ke huruf nun. Kedua, ghunnah karena nun bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 harakat. Ketiga, mad asli atau mad thabi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Mad iwadh karena lam alif berharakat fathah tanwin dan diwaqaf waqfu aula. Cara membacanya tanwin dihilangkan dan panjangnya 2 hukumnya Qalqalah sughra karena huruf qalqalah dal berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara hukumnya Mad wajib muttashil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata. Dibaca panjang 4 atau 5 رُسُلُنَا hukumnya Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu dengan huruf ra. Cara membacanya dengan hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Ghunnah karena mim bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 hukumnya Ghunnah karena nun bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf tsa berharakat kasrah bertemu ya beraharakat sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Idgham bighunnah karena huruf ra berharakat fathah tanwin bertemu huruf mim tasydid. Dibaca masuk dengan dengung dan ditahan sampai 3 hukumnya Idzhar sebab huruf nun berharakat sukun bertemu huruf ha. Dibaca jelas tidak berdengung sama بَعْدَ hukumnya Ikhfa syafawi sebab huruf mim sukun bertemu huruf ba’. Dibaca samar dengan dengung dan ditahan selama 3 hukumnya Mad asli atau mad thabi’i karena huruf dzal berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 hukumnya Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya panjang 2 sampai 6 Kata Terkait Hukum Bacaan Hukum Tajwid Surat Al Maidah Ayat 32Demikianlah Hukum Tajwid pada surat Al Maidah, semoga saudara-saudara mendapat ilmu dan hikma setelah membaca postingan ini, salah dan janggal kami mohon maaf, jika ada yang perlu di koreksi terkait Postingan Hukum Tajwid Al Maidah Ayat 32 mohon di infokan di kolam komentar terima

BacaJuga: Hukum Tajwid Surat Ali Imran Ayat 190-191 Lengkap dengan Cara Pengucapannya. Artinya: "Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk". Berikut ini Hukum Tajwid pada Surah Al-Isra Ayat 32 dan Penjelasannya: لَا : hukumnya Mad asli atau mad thabi'i karena huruf lam berharakat مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini! Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Oleh sebab itu artinya karena perbuatan Qabil itu tadi Kami tetapkan bagi Bani Israel bahwa sesungguhnya innahuu disebut dhamir sya`n siapa yang membunuh seorang manusia bukan karena manusia lainnya yang dibunuhnya atau bukan karena kerusakan yang diperbuatnya di muka bumi berupa kekafiran, perzinaan atau perampokan dan sebagainya maka seolah-olah dia telah membunuh manusia kesemuanya. Sebaliknya siapa yang memelihara kehidupannya artinya tidak hendak membunuhnya maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya. Kata Ibnu Abbas, "Ini dilihat dari segi melanggar kesuciannya dan dari segi memelihara serta menjaganya." dan sesungguhnya telah datang kepada mereka itu yakni kepada orang-orang Israel rasul-rasul Kami membawa keterangan-keterangan yang jelas maksudnya mukjizat-mukjizat kemudian banyak di antara mereka sesudah itu melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi dengan kekafiran, melakukan pembunuhan dan lain-lain. Karena kezaliman dan sikap menyukai permusuhan yang ada pada sebagian manusia itu, maka Kami mewajibkan hukum bunuh terhadap orang yang menganiaya. Sebab, barangsiapa yang membunuh seseorang tanpa sebab, atau tanpa alasan perbuatan kerusakan di muka bumi, ia seakan-akan membunuh semua manusia karena telah merusak kehormatan darah mereka. Kemurkaan dan siksa Allah akibat tindakan membunuh satu orang sama seperti kemurkaan dan siksa-Nya akibat tindakan membunuh semua orang. Barangsiapa memelihara kehidupan manusia, dengan menegakkan hukum kisas, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan semua orang, karena telah melindungi darah mereka. Untuk itu, mereka akan mendapatkan pahala yang besar dari Tuhannya. Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul Kami kepada mereka dengan memperkuat hukum Kami dengan bukti-bukti dan keterangan yang jelas. Akan tetapi, kemudian, banyak di antara Banû Isrâ'îl sesudah itu yang benar-benar melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi 1. 1 Ayat ini menerangkan bahwa melakukan kezaliman dengan membunuh satu nyawa berarti melakukan kezaliam kepada semua anggota masyarakat. Hal ini telah membenarkan cara dakwa tentang hak masyarakat yang dilakukan olah seorang ketua atau wakilnya atau badan-badan yang didirikan oleh negara untuk melaksanakan tugas ini seperti yang kita dapatkan dalam undang-undang modern. Hal ini sama dengan hak Allah yang ada dalam syariat Islam. Barangsiapa berbuat baik kepada seseorang dengan menyelamatkan hidupnya, maka ia telah berbuat baik kepada masyarakat. Ayat di atas mengandung dua makna yang menerangkan bahwa Islam telah memelihara undang-undang dalam suatu masyarakat dan dasar tolong menolong sesama individu dan masyarakat. Dengan kata lain, Islam telah memelihara keselamatan, keamanan dan tolong menolong antara individu dan masyarakat. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021331 Link sumber Yakni oleh karena tindakan pembunuhan itu. Hukum ini bukanlah ditetapkan kepada Bani Israil saja, tetapi ditetapkan untuk semua manusia. Yakni membunuh orang bukan karena qishas. Seperti murtad, zina setelah menikah, membajak jalan qath'uth thariq dsb. Ayat ini menunjukkan bahwa membunuh hanyalah dibolehkan dalam dua keadaan Allah memandang bahwa membunuh seseorang seperti membunuh manusia seluruhnya, karena seseorang adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang berarti membunuh juga keturunannya. Demikian juga karena membunuh tanpa alasan yang dibenarkan menunjukkan bahwa ia tidak membedakan antara orang yang dibunuh itu dengan orang yang lainnya yang tidak bersalah, dan menunjukkan tindakan yang dilakukannya didorong oleh hawa nafsunya yang menyuruh kepada keburukan, oleh karenanya ketika ia membunuhnya sama saja ia membunuh manusia semuanya, wallahu a'lam. Dengan tidak membunuhnya. Yakni mukjizat yang membuat manusia tidak memiliki alas an untuk menolaknya. Yakni setelah kedatangan rasul membawa keterangan yang nyata. Tetap melakukan kemaksiatan dan menyelisihi rasul, baik dengan melakukan kekufuran, pembunuhan dan kemaksiatan lainnya. Berikutini adalah pembahasan Tajwid dan Arti Per Kata atau Per Kalimat dari Al-Quran surat Yunus ayat 40-41 dan Al-Maidah ayat 32 yang merupakan materi Al-Quran dan Hadits Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Muhammadiyah Bab Menjadi Muslim yang Toleran dan Menjauhi Tindak Kekerasan. Silahkan dibaca dan dipelajari, semoga bermanfaat. Tajwid dan Arti Per

مِنۡ أَجۡلِ ذَٰلِكَ كَتَبۡنَا عَلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَـٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗاۚ وَلَقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرٗا مِّنۡهُم بَعۡدَ ذَٰلِكَ فِي ٱلۡأَرۡضِ لَمُسۡرِفُونَMin ajli zaalika katabnaa alaa Banee Israaa’eela annahoo man qatala nafsam bighairi nafsin aw fasaadin fil ardi faka annammaa qatalan naasa jamee’anw wa man ahyaahaa faka annamaaa ahyan naasa jamee’aa; wa laqad jaaa’at hum Rusulunaa bilbaiyinaati summa inna kaseeram minhum ba’da zaalika fil ardi lamusrifoon Ala-Maududi 532 Therefore We ordained for the Children of Israel[53] that he who slays a soul unless it be in punishment for murder or for spreading mischief on earth shall be as if he had slain all mankind; and he who saves a life shall be as if he had given life to all mankind.[54] And indeed again and again did Our Messengers come to them with clear directives; yet many of them continued to commit excesses on earth. the same qualities which had been displayed by the wrong doing son of Adam were manifest in the Children of Israel, God strongly urged them not to kill human beings and couched His command in forceful terms. It is a pity that the precious words which embody God’s ordinance are to be found nowhere in the Bible today. The Talmud, however, does mention this subject in the following words To him who kills a single individual of Israel, it shall be reckoned as if he had slain the whole race and he who preserves a single individual of Israel, it shall be reckoned in the Book of God as if he had preserved the whole world. The Talmud also mentions that in trials for murder, the Israelite judges used to address the witnesses as follows Whoever kills one person, merits punishment as if he had slain all the men in the world. 54. This means that the survival of human life depends on everyone respecting other human beings and in contributing actively to the survival and protection of others. Whosoever kills unrighteously is thus not merely guilty of doing wrong to one single person, but proves by his act that his heart is devoid of respect for human life and of sympathy for the human species as such. Such a person, therefore, is an enemy of all mankind. This is so because he happens to be possessed of a quality which, were it to become common to all men, would lead to the destruction of the entire human race. The person who helps to preserve the life of even one person, on the other hand, is the protector of the whole of humanity, for he possesses a quality which is indispensable to the survival of mankind. Ibn-Kathir 32. Because of that, We ordained for the Children of Israel that if anyone killed a person not in retaliation of murder, or and to spread mischief in the land – it would be as if he killed all mankind, and if anyone saved a life, it would be as if he saved the life of all mankind. And indeed, there came to them Our Messengers with Al-Bayyinat, even then after that many of them continued to exceed the limits in the land! 33. The recompense of those who wage war against Allah and His Messenger and do mischief in the land is only that they shall be killed or crucified, or their hands and their feet be cut off on opposite sides, or be exiled from the land. That is their disgrace in this world, and a great torment is theirs in the Hereafter. 34. Except for those who having fled away and then came back as Muslims with repentance before they fall into your power; in that case, know that Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful. Human Beings Should Respect the Sanctity of Other Human Beings Allah says, because the son of Adam killed his brother in transgression and aggression, ﴿كَتَبْنَا عَلَى بَنِى إِسْرَءِيلَ﴾ We ordained for the Children of Israel… meaning, We legislated for them and informed them, ﴿أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْساً بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى الاٌّرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعاً وَمَنْ أَحْيَـهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعاً﴾ that if anyone killed a person not in retaliation of murder, or and to spread mischief in the land – it would be as if he killed all mankind, and if anyone saved a life, it would be as if he saved the life of all mankind. The Ayah states, whoever kills a soul without justification — such as in retaliation for murder or for causing mischief on earth — will be as if he has killed all mankind, because there is no difference between one life and another. ﴿وَمَنْ أَحْيَـهَا﴾ and if anyone saved a life… by preventing its blood from being shed and believing in its sanctity, then all people will have been saved from him, so, ﴿فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعاً﴾ it would be as if he saved the life of all mankind. Al-A`mash and others said that Abu Salih said that Abu Hurayrah said, “I entered on `Uthman when he was under siege in his house and said, `I came to give you my support. Now, it is good to fight defending you O Leader of the Faithful!’ He said, `O Abu Hurayrah! Does it please you that you kill all people, including me’ I said, `No.’ He said, `If you kill one man, it is as if you killed all people. Therefore, go back with my permission for you to leave. May you receive your reward and be saved from burden.’ So I went back and did not fight.”’ `Ali bin Abi Talhah reported that Ibn `Abbas said, “It is as Allah has stated, ﴿مَن قَتَلَ نَفْساً بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى الاٌّرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعاً وَمَنْ أَحْيَـهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعاً﴾ if anyone killed a person not in retaliation of murder, or and to spread mischief in the land – it would be as if he killed all mankind, and if anyone saved a life, it would be as if he saved the life of all mankind. Saving life in this case occurs by not killing a soul that Allah has forbidden. So this is the meaning of saving the life of all mankind, for whoever forbids killing a soul without justification, the lives of all people will be saved from him.” Similar was said by Mujahid; ﴿وَمَنْ أَحْيَـهَا﴾ And if anyone saved a life… means, he refrains from killing a soul. Al-`Awfi reported that Ibn `Abbas said that Allah’s statement, ﴿فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعاً﴾ it would be as if he killed all mankind. . means, “Whoever kills one soul that Allah has forbidden killing, is just like he who kills all mankind.” Sa`id bin Jubayr said, “He who allows himself to shed the blood of a Muslim, is like he who allows shedding the blood of all people. He who forbids shedding the blood of one Muslim, is like he who forbids shedding the blood of all people.” In addition, Ibn Jurayj said that Al-A`raj said that Mujahid commented on the Ayah, ﴿فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعاً﴾ it would be as if he killed all mankind, “He who kills a believing soul intentionally, Allah makes the Fire of Hell his abode, He will become angry with him, and curse him, and has prepared a tremendous punishment for him, equal to if he had killed all people, his punishment will still be the same.” Ibn Jurayj said that Mujahid said that the Ayah, ﴿وَمَنْ أَحْيَـهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعاً﴾ and if anyone saved a life, it would be as if he saved the life of all mankind. means, “He who does not kill anyone, then the lives of people are safe from him.” Warning Those who Commit Mischief Allah said, ﴿وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالّبَيِّنَـتِ﴾ And indeed, there came to them Our Messengers with Al-Bayyinat, meaning, clear evidences, signs and proofs, ﴿ثُمَّ إِنَّ كَثِيراً مِّنْهُمْ بَعْدَ ذلِكَ فِى الاٌّرْضِ لَمُسْرِفُونَ﴾ even then after that many of them continued to exceed the limits in the land! This Ayah chastises and criticizes those who commit the prohibitions, after knowing that they are prohibited from indulging in them. The Jews of Al-Madinah, such as Banu Qurayzah, An-Nadir and Qaynuqa`, used to fight along with either Khazraj or Aws, when war would erupt between them during the time of Jahiliyyah. When these wars would end, the Jews would ransom those who were captured and pay the blood money for those who were killed. Allah criticized them for this practice in Surat Al-Baqarah, ﴿وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَـقَكُمْ لاَ تَسْفِكُونَ دِمَآءِكُمْ وَلاَ تُخْرِجُونَ أَنفُسَكُمْ مِّن دِيَـرِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ – ثُمَّ أَنتُمْ هَـؤُلاَءِ تَقْتُلُونَ أَنفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِّنكُم مِّن دِيَـرِهِمْ تَظَـهَرُونَ علَيْهِم بِالإِثْمِ وَالْعُدْوَنِ وَإِن يَأْتُوكُمْ أُسَـرَى تُفَـدُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَـبِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفْعَلُ ذلِكَ مِنكُمْ إِلاَّ خِزْىٌ فِي الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَـمَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الّعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَـفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴾ And remember when We took your covenant saying Shed not your people’s blood, nor turn out your own people from their dwellings. Then, this you ratified and to this you bear witness. After this, it is you who kill one another and drive out a party of your own from their homes, assist their enemies against them, in sin and transgression. And if they come to you as captives, you ransom them, although their expulsion was forbidden to you. Then do you believe in a part of the Scripture and reject the rest Then what is the recompense of those who do so among you, except disgrace in the life of this world, and on the Day of Resurrection they shall be consigned to the most grievous torment. And Allah is not unaware of what you do. ﴿284-85﴾ The Punishment of those Who Cause Mischief in the Land Allah said next, ﴿إِنَّمَا جَزَآءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الاٌّرْضِ فَسَاداً أَن يُقَتَّلُواْ أَوْ يُصَلَّبُواْ أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم مِّنْ خِلَـفٍ أَوْ يُنفَوْاْ مِنَ الاٌّرْضِ﴾ The recompense of those who wage war against Allah and His Messenger and do mischief in the land is only that they shall be killed or crucified or their hands and their feet be cut off on the opposite sides, or be exiled from the land. `Wage war’ mentioned here means, oppose and contradict, and it includes disbelief, blocking roads and spreading fear in the fairways. Mischief in the land refers to various types of evil. Ibn Jarir recorded that `Ikrimah and Al-Hasan Al-Basri said that the Ayat, ﴿إِنَّمَا جَزَآءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ﴾ The recompense of those who wage war against Allah and His Messenger until, ﴿إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾ Allah is Of-Forgiving, Most Merciful, “Were revealed about the idolators. Therefore, the Ayah decrees that, whoever among them repents before you apprehend them, then you have no right to punish them. This Ayah does not save a Muslim from punishment if he kills, causes mischief in the land or wages war against Allah and His Messenger and then joins rank with the disbelievers, before the Muslims are able to catch him. He will still be liable for punishment for the crimes he committed.” Abu Dawud and An-Nasa’i recorded that `Ikrimah said that Ibn `Abbas said that the Ayah, ﴿إِنَّمَا جَزَآءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الاٌّرْضِ فَسَاداً﴾ The recompense of those who wage war against Allah and His Messenger and do mischief in the land… “Was revealed concerning the idolators, those among them who repent before being apprehended, they will still be liable for punishment for the crimes they committed.” The correct opinion is that this Ayah is general in meaning and includes the idolators and all others who commit the types of crimes the Ayah mentioned. Al-Bukhari and Muslim recorded that Abu Qilabah `Abdullah bin Zayd Al-Jarmi, said that Anas bin Malik said, “Eight people of the `Ukl tribe came to the Messenger of Allah and gave him their pledge to follow Islam. Al-Madinah’s climate did not suit them and they became sick and complained to Allah’s Messenger . So he said, أَلَا تَخْرُجُونَ مَعَ رَاعِينَا فِي إِبِلِهِ، فَتُصِيبُوا مِنْ أَبْوَالِهَا وَأَلْبَانِهَا» Go with our shephard to be treated by the milk and urine of his camels. So they went as directed, and after they drank from the camels’ milk and urine, they became healthy, and they killed the shepherd and drove away all the camels. The news reached the Prophet and he sent men in their pursuit and they were captured. He then ordered that their hands and feet be cut off and it was done, and their eyes were branded with heated pieces of iron. Next, they were put in the sun until they died.” This is the wording of Muslim. In another narration for this Hadith, it was mentioned that these people were from the tribes of `Ukl or `Uraynah. Another narration reported that these people were put in the Harrah area of Al-Madinah, and when they asked for water, no water was given to them. Allah said, ﴿أَن يُقَتَّلُواْ أَوْ يُصَلَّبُواْ أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم مِّنْ خِلَـفٍ أَوْ يُنفَوْاْ مِنَ الاٌّرْضِ﴾ they shall be killed or crucified or their hands and their feet be cut off on the opposite sides, or be exiled from the land. `Ali bin Abi Talhah said that Ibn `Abbas said about this Ayah, `He who takes up arms in Muslim land and spreads fear in the fairways and is captured, the Muslim Leader has the choice to either have him killed, crucified or cut off his hands and feet.” Similar was said by Sa`id bin Al-Musayyib, Mujahid, `Ata’, Al-Hasan Al-Basri, Ibrahim An-Nakha`i and Ad-Dahhak, as Abu Ja`far Ibn Jarir recorded. This view is supported by the fact that the word Aw or, indicates a choice. As Allah said, ﴿فَجَزَآءٌ مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ هَدْياً بَـلِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَـكِينَ أَو عَدْلُ ذلِكَ صِيَاماً﴾ The penalty is an offering, brought to the Ka`bah, of an eatable animal equivalent to the one he killed, as adjudged by two just men among you; or, for expiation, he should feed the poor, or its equivalent in fasting.﴿595﴾ Allah said, ﴿فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِّن رَّأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِّن صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ﴾ And whosoever of you is ill or has an ailment in his scalp necessitating shaving, he must pay a ransom of either fasting or giving charity or offering a sacrifice. and, ﴿فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَـكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ﴾ …for its expiation feed ten of the poor, on a scale of the average of that with which you feed your own families, or clothe them, or free a slave. All of these Ayat offer a choice, just as the Ayah above. As for Allah’s statement, ﴿أَوْ يُنفَوْاْ مِنَ الاٌّرْضِ﴾ or be exiled from the land. some said that it means, he is actively pursued until he is captured, and thus receives his prescribed punishment, or otherwise he escapes from the land of Islam, as Ibn Jarir recorded from Ibn `Abbas, Anas bin Malik, Sa`id bin Jubayr, Ad-Dahhak, Ar-Rabi` bin Anas, Az-Zuhri, Al-Layth bin Sa`d and Malik bin Anas. Some said that the Ayah means these people are expelled to another land, or to another state by the Muslims authorities. Sa`id bin Jubayr, Abu Ash-Sha`tha’, Al-Hasan, Az-Zuhri, Ad-Dahhak and Muqatil bin Hayyan said that he is expelled, but not outside of the land of Islam, while others said that he is to be imprisoned. Allah’s statement, ﴿ذَلِكَ لَهُمْ خِزْىٌ فِى الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِى الاٌّخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾ That is their disgrace in this world, and a great torment is theirs in the Hereafter. means, the punishment We prescribed, killing these aggressors, crucifying them, cutting off their hands and feet on opposite sides, or expelling them from the land is a disgrace for them among mankind in this life, along with the tremendous torment Allah has prepared for them in the Hereafter. This view supports the opinion that these Ayat were revealed about the idolators. As for Muslims, in his Sahih, Muslim recorded that `Ubadah bin As-Samit said, “The Messenger of Allah took the same pledge from us that he also took from women That we do not associate anything with Allah in worship, we do not steal, commit adultery, or kill our children, and that we do not spread falsehood about each other. He said that he who keeps this pledge, then his reward will be with Allah. He who falls into shortcomings and was punished, then this will be his expiation. And those whose errors were covered by Allah, then their matter is for Allah If He wills, He will punish them and If He wills, He will pardon them.” `Ali narrated that the Messenger of Allah said, مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا فِي الدُّنْيَا فَعُوقِبَ بِهِ، فَاللهُ أَعْدَلُ مِنْ أَنْ يُثَنِّيَ عُقُوبَتَهُ عَلى عَبْدِهِ، وَمَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا فِي الدُّنْيَا فَسَتَرهُ اللهُ عَلَيْهِ وَعَفَا عَنْهُ، فَاللهُ أَكْرَمُ مِنْ أَنْ يَعُودَ عَلَيْهِ فِي شَيْءٍ قَدْ عَفَا عَنْه» He who sins in this life and was punished for it, then Allah is far more just than to combine two punishments on His servant. He who commits an error in this life and Allah hides this error and pardons him, then Allah is far more generous than to punish the servant for something that He has already pardoned. iRecorded by Ahmad, Ibn Majah and At-Tirmidhi who said, “Hasan Gharib.”Al-Hafiz Ad-Daraqutni was asked about this Hadith, and he said that it was related to the Prophet in some narrations, and it was related to the Companions in others, and that this narration from the Prophet is Sahih. Ibn Jarir commented on Allah’s statement, ﴿ذَلِكَ لَهُمْ خِزْىٌ فِى الدُّنْيَا﴾ That is their disgrace in this world, “Meaning, shame, humiliation, punishment, contempt and torment in this life, before the Hereafter, ﴿وَلَهُمْ فِى الاٌّخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾ and a great torment is theirs in the Hereafter. if they do not repent from these errors until death overcomes them. In this case, they will be stricken by the punishment that We prescribed for them in this life and the torment that We prepared for them therein, ﴿عَذَابٌ عظِيمٌ﴾ a great torment in the Fire of Jahannam.” The Punishment of those who Wage War Against Allah and HisMessenger is Annulled if They Repent Before their Apprehension Allah said, ﴿إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ مِن قَبْلِ أَن تَقْدِرُواْ عَلَيْهِمْ فَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴾ Except for those who having fled away and then came back as Muslims with repentance before they fall into your power; in that case, know that Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful. This Ayah is clear in its indication that it applies to the idolators. As for the Muslims who commit this crime and repent before they are apprehended, the punishment of killing, crucifixion and cutting the limbs will be waved. The practice of the Companions in this regard is that all of the punishments prescribed in this case will be waved, as is apparent from the wording of the Ayah. Ibn Abi Hatim recorded that Ash-Sha`bi said, “Harithah bin Badr At-Tamimi was living in Al-Basrah, and he committed the crime of mischief in the land. So he talked to some men from Quraysh, such as Al-Hasan bin `Ali, Ibn `Abbas and `Abdullah bin Ja`far, and they talked to `Ali about him so that he would grant him safety, but `Ali refused. So Harithah went to Sa`id bin Qays Al-Hamadani who kept him in his house and went to `Ali, saying, `O Leader of the Faithful! What about those who wage war against Allah and His Messenger and cause mischief in the land’ So he recited the Ayah until he reached, ﴿إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ مِن قَبْلِ أَن تَقْدِرُواْ عَلَيْهِمْ﴾ Except for those who having fled away and them came back cas Muslims with repentance before they fall into your power. So `Ali wrote a document that granted safety, and Sa`id bin Qays said, `This is for Harithah bin Badr.”’ Ibn Jarir recorded this Hadith. Ibn Jarir recorded that `Amir Ash-Sha`bi said, “A man from Murad came to Abu Musa, while he was the governor of Al-Kufah during the reign of `Uthman, and said to him after he offered the obligatory prayer, `O Abu Musa! I seek your help. I am so-and-so from Murad and I waged war against Allah and His Messenger and caused mischief in the land. I repented before you had any authority over me.’ Abu Musa proclaimed, `This is so-and-so, who had waged war against Allah and His Messenger and caused mischief in the land, and he repented before we had authority over him. Therefore, anyone who meets him, should deal with him in a better way. If he is saying the truth, then this is the path of those who say the truth. If he is saying a lie, his sins will destroy him. So the man remained idle for as long as Allah willed, but he later rose against the leaders, and Allah punished him for his sins and he was killed.” Ibn Jarir recorded that Musa bin Ishaq Al-Madani said that `Ali Al-Asadi waged war, blocked the roads, shed blood and plundered wealth. The leaders and the people alike, sought to capture him, but they could not do that until he came after he repented, after he heard a man reciting the Ayah, ﴿يعِبَادِىَ الَّذِينَ أَسْرَفُواْ عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُواْ مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ﴾ O My servants who have transgressed against themselves! Despair not of the mercy of Allah, verily, Allah forgives all sins. Truly, He is Oft-Forgiving, Most Merciful. So he said to that man, “O servant of Allah! Recite it again.” So he recited it again, and `Ali put down his sword and went to Al-Madinah in repentance, arriving during the night. He washed up and went to the Masjid of the Messenger of Allah and prayed the dawn prayer. He sat next to Abu Hurayrah amidst his companions. In the morning, the people recognized him and went after him. He said, “You have no way against me. I came in repentance before you had any authority over me.” Abu Hurayrah said, “He has said the truth,” and he held his hand and went to Marwan bin Al-Hakam, who was the governor of Al-Madinah during the reign of Mu`awiyah. Abu Hurayrah said, “This is `Ali and he came in repentance and you do not have a way against him, nor can you have him killed.” So `Ali was absolved of punishment and remained on his repentance and went to the sea to perform Jihad in Allah’s cause. The Muslims met the Romans in battle, and the Muslims brought the ship `Ali was in to one of the Roman ships, and `Ali crossed to that ship and the Romans escaped from him to the other side of the ship, and the ship capsized and they all drowned.”

.
  • vmqed77mp9.pages.dev/276
  • vmqed77mp9.pages.dev/322
  • vmqed77mp9.pages.dev/113
  • vmqed77mp9.pages.dev/126
  • vmqed77mp9.pages.dev/288
  • vmqed77mp9.pages.dev/196
  • vmqed77mp9.pages.dev/43
  • vmqed77mp9.pages.dev/315
  • vmqed77mp9.pages.dev/344
  • hukum bacaan surah al maidah ayat 32